AWAL BERDIRINYA KERAJAAN GOWA TALLO
AWAL BERDIRINYA
Pada
awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan
nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat
kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene,
Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai
maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan
Gowa. Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai
pendiri Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan empat
orang yang mendahului datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah
Batara Guru dan saudaranya
Gambar
di bawah merupakan peta Sulawesi Selatan. Di Sulawesi Selatan pada abad
16 terdapat beberapa kerajaan di antaranya Gowa, Tallo, Bone, Sopeng,
Wajo dan Sidenreng. Untuk mengetahui letak kerajaan-kerajaan tersebut,
silahkan diamati gambar peta tersebut.
Gambar Peta lokasi kerajaan Gowa – Tallo.
Masing-masing
kerajaan tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan
masing-masing. Salah satunya adalah kerajaan Gowa dan Tallo membentuk
persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang
lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar. Nama Makasar sebenarnya
adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai
nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan.
Secara
geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat
strategis, karena berada di jalur pelayaran (perdagangan Nusantara).
Bahkan daerah Makasar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik yang
berasal dari Indonesia bagian Timur maupun yang berasal dari Indonesia
bagian Barat. Dengan posisi strategis tersebut maka kerajaan Makasar
berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan
Nusantara.
MASA PERKEMBANGAN KARAJAAN GOWA TALLO
Kehidupan Ekonomi
Seperti
yang telah Anda ketahui bahwa kerajaan Makasar merupakan kerajaan
Maritim dan berkembang sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian
Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor seperti letak yang
strategis, memiliki pelabuhan yang baik serta didukung oleh jatuhnya
Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak
pedagang-pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.
Sebagai
pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional
dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis,
Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar.
Pelayaran
dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut
dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE (ket : artinya apa),
sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar
menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang pesat. Selain
perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena
Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi
Selatan.
Kehidupan Sosial Budaya
Sebagai
negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah nelayan
dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf
kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk
menambah kemakmuran hidupnya.
Sejak
Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin
hubungan dengan Ternate yang sudah menerima Islam dari Gresik. Raja
Ternate yakni Baabullah mengajak raja Gowa Tallo untuk masuk Islam, tapi
gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan Gowa
Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini. Setahun kemudian hampir
seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang berjasa
menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal yang berasal dari
Minangkabau.
Raja
Gowa Tallo sangat besar perannya dalam menyebarkan Islam, sehingga
bukan rakyat saja yang memeluk Islam tapi kerajaan-kerajaan disekitarnya
juga menerima Islam, seperti Luwu, Wajo, Soppeg, dan Bone. Wajo
menerima Islam tahun 1610 M. Raja Bone pertama yang menerima Islam
bergelar Sultan Adam. Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan
untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam
kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap
sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan
agama Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat
percaya terhadap norma-norma tersebut.
Di
samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan
sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan
dan keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat
kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu para
hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.
Dari
segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan
benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka
terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang
Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo. Kapal Pinisi dan Lombo
merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara.
Kehidupan Politik Dan Masa Kemunduran kerajaan Gowa -Tallo
Penyebaran
Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang dari Sumatera,
sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan,
bahkan raja Makasar pun memeluk agama Islam.
Raja
Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Karaeng Matoaya (Raja
Gowa) yang bergelar Sultan Alaudin yang memerintah Makasar tahun 1593 –
1639 dan dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo) sebagai Mangkubumi
bergelar Sultan Abdullah. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan
Makasar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada
masa pemerintahan raja Malekul Said (1639 – 1653).
Selanjutnya
kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan
Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya Makasar
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai
daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang
keperluan perdagangan Makasar. Perluasan daerah Makasar tersebut sampai
ke Nusa Tenggara Barat.
Gambar Peta lokasi kerajaan Makasar.
Daerah
kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur
dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat
anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan
monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk
itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan
Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut
maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan
menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah
Maluku.
Dalam
peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya
untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan
Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut
maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur.
Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan
melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah
kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh
Makasar meminta bantuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan
Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk
menghancurkan Makasar.
Akibat
persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan
Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui
kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya
tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.
Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:
a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
b. Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
c. Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Makasar.
d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
Walaupun
perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda
tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu
Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan Belanda.
Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda mengerahkan
pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai
sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.
0 komentar:
Posting Komentar