Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari
Nama lengkap beliau Syeikh Muhammad
Arsyad bin Abdullah bin Abdur Rahman al-Banjari bin Saiyid Abu Bakar bin
Saiyid Abdullah al-’Aidrus bin Saiyid Abu Bakar as-Sakran bin Saiyid
Abdur Rahman as-Saqaf bin Saiyid Muhammad Maula ad-Dawilah al-’Aidrus,
dan seterusnya sampai kepada Saidina Ali bin Abi Thalib dan Saidatina
Fatimah bin Nabi Muhammad SAW. Lahir di Lok gabang tanggal 19 maret 1710
M ,Sebagaimana kebiasaan Ulama-ulama dahulu selalu menaruh Kota tempat
tinggal dibelakang nama, seperti, Al bantani yang berasal dari banten ,
Al fadani yang berasal dari Padang begitupun Al Banjari yang berasal
dari Banjarmasin Kalimantan. Kemasyhuran Ulama ulama yang berasal dari
Indonesia di Mekkah terbilang cukup banyak, sebut saja Syech Nawawi Al
bantani , Syech Abdul shomad al Palembani, Syech Arsyad Al banjari dan
masih banyak lagi ulama-ulama yang berasal dari Nusantara cukup terkenal
di mekkah, Bahkan Syech Nawawi Albantani setelah sekian lama berdakwa
di Tanah kelahirannya, beliau kembali keMekkah sampai akhir hayatnya.
Syech Arsyad
Albanjaripun sangat terkenal dimekkah karena keluasan ilmu yang dimiliki
teutama ilmu Qiraat, Bahkan Beliau mengarang Kitab Qiraat 14 yang
bersumber dari dari Imam Syatibi dan uniknya kitab tersebut setiap Juz
dilengkapi dengan kaligarafi khas Banjar . Karya lainnya yang cukup
termasyhur dikalimantan adalah kitab Fiqih Sabilal Muhtadin dan juga
menjadi rujukan Ulama-ulama di jawa.
Pada suatu hari,
tatkala Sultan Kerajaan Banjar (Sultan Tahmidullah) mengadakan kunjungan
ke kampung-kampung, hingga sampailah sang Sultan ke kampung Lok Gabang.
Alangkah terkesimanya Sang Sultan manakala melihat lukisan yang indah
dan menawan hatinya. Maka sang Sultan bertanya, siapakah pelukisnya,
lalu ia mendapat jawaban bahwa Muhammad Arsyad adalah sang pelukis yang
sedang dikaguminya. Mengetahui kecerdasan dan bakat sang pelukis,
terbesitlah di hati sultan, sebuah keinginan untuk mengasuh dan mendidik
Arsyad kecil di istana. Usia Arsyad sendiri ketika itu baru sekitar
tujuh tahun.
Sultanpun mengutarakan
keinginan hatinya kepada kedua orang tua Muhammad Arsyad. Pada mulanya
Abdullah ayah dari Syech Arsayd Al banjari dan istrinya merasa enggan
melepas anaknya tercinta. namun demi masa depan sang buah hati yang
diharapkan menjadi anak yang berbakti kepada agama, negara dan orang
tua, maka diterimalah tawaran sang sultan. Kepandaian Muhammad Arsyad
dalam membawa diri, sifatnya yang rendah hati, kesederhanaan hidup serta
keluhuran budi pekertinya menjadikan segenap warga istana sayang dan
hormat kepadanya. Bahkan sultan pun memperlakukannya seperti anak
kandung sendiri.
Menginjak dewasa Syech Arsyad al banjari
belajar di Mekkah selama kurang lebih 30 tahun beliau diantara
guru-gurunya adalah Syeck Athaillah al Misri Pengarang Kitab Tashauf Al
Hikam, Syech Abdus Shomad AlPalembani, Syech Yasin Al Yamani . Selama
belajar Syech Muhammad Al abanjari telah menguasai berbagai Disiplin
Ilmu dan telah memperoleh beberapa Ijazah Sanad dari guru-gurunya.
Durasi masa belajar di
Mekah dan Madinah yang demikian lama serta banyaknya jumlah pelajaran
dan jenis kitab dipelajari, dan kapabilitas ulama tempatnya berguru
menjadikan Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari akhirnya
menjadi seorang ulama besar tanah Jawa.
Sekitar tahun 1772 M Syech Muhanmmad
Arsyad Al Banjari minta ijin kepada guru-gurunya untuk kembali kekampung
Halamannya Di banjarmasin Untuk melakukan dakwah dan syiar islam. Dan
sebelum kembali ke Kalimantan syech Muhammad Arsyad sempat singgah dan
bermalam di Jakarta di rumah salah seorang temannya Sewaktu belajar di
Mekkah bahkan beliau sempat memberikan petunjuk Arah Qiblat Masjid
Jembatan Lima jakarta, masjid pekojan dan masjid luar batang . Setelah
beberapa lama di Jakarta Beliau kembali ke Banjarmasin untuk berdakwah.
Kepedulian Syech Muhammad Arsyad
Albanjari kepada Masyarakat banjar yang hidup dibawah garis kemiskinan ,
membuat beliau berinisiatif bahwa dakwah tidak cukup hanya memberikan
nasehat, mengajar saja Namun beliau coba mengangkat taraf hidup
Masyarakat Banjar dengan melakukan Program Irigasi untuk meningkatkan
hasil panen dan mengubah lahan-lahan yang non produktif menjadi lahan
produktif. Dan Hasilnya pun cukup menggembirakan dan membawa mamfaat
yang besar bagi masyarakat.
Selama 41 tahun Syech arsyad Al banjari
melakukan dakwah pada masyarakat banjar dan berhasil mencetak
murid-murid yang mampu meneruskan perjuangan dakwahnya , dan beliau juga
sering mengirim murid-murid nya untuk Hijrah dan berdakwah di daerah
yang masyarakatnya haus akan ilmu-ilmu agama. Disamping itu pula beliau
banyak menulis kitab diantara karya-karya beliau adalah”
1. Tuhfah al-Raghibin fi Bayani Haqiqah Iman al-Mu’minin wa ma Yufsiduhu Riddah al-Murtaddin, karya pertama, diselesaikan tahun 1188 H./1774 M.
2. Luqtah al-’Ajlan fi al-Haidhi wa al-Istihadhah wa an-Nifas an-Nis-yan, diselesaikan tahun 1192 H./1778 M.
3. Sabil al-Muhtadin li at-Tafaqquhi fi Amri ad-Din, diselesaikan pada hari Ahad, 27 Rabiulakhir 1195 H./1780 M.
4. Risalah Qaul al-Mukhtashar fi ‘Alamatil Mahdil Muntazhar, diselesaikan pada hari Khamis 22 Rabiul Awal 1196 H./1781 M.
5. Kitab Bab an-Nikah.
6. Bidayah al-Mubtadi wa `Umdah al-Auladi
7. Kanzu al-Ma’rifah
8. Ushul ad-Din
9. Kitab al-Faraid
10. Kitab Ilmu Falak
11. Hasyiyah Fathul Wahhab
12. Mushhaf al-Quran al-Karim
13. Fathur Rahman
14. Arkanu Ta’lim al-Shibyan
15. Bulugh al-Maram
16. Fi Bayani Qadha’ wa al-Qadar wa al-Waba’
17. Tuhfah al-Ahbab
18. Khuthbah Muthlaqah
2. Luqtah al-’Ajlan fi al-Haidhi wa al-Istihadhah wa an-Nifas an-Nis-yan, diselesaikan tahun 1192 H./1778 M.
3. Sabil al-Muhtadin li at-Tafaqquhi fi Amri ad-Din, diselesaikan pada hari Ahad, 27 Rabiulakhir 1195 H./1780 M.
4. Risalah Qaul al-Mukhtashar fi ‘Alamatil Mahdil Muntazhar, diselesaikan pada hari Khamis 22 Rabiul Awal 1196 H./1781 M.
5. Kitab Bab an-Nikah.
6. Bidayah al-Mubtadi wa `Umdah al-Auladi
7. Kanzu al-Ma’rifah
8. Ushul ad-Din
9. Kitab al-Faraid
10. Kitab Ilmu Falak
11. Hasyiyah Fathul Wahhab
12. Mushhaf al-Quran al-Karim
13. Fathur Rahman
14. Arkanu Ta’lim al-Shibyan
15. Bulugh al-Maram
16. Fi Bayani Qadha’ wa al-Qadar wa al-Waba’
17. Tuhfah al-Ahbab
18. Khuthbah Muthlaqah
Pada tahun 1807 M syech Arsyad al banjari dipanggil alloh Swt dan beliau diamakamkan di Kalampayan Kalimantan.
0 komentar:
Posting Komentar